Segini Rata Rata Nilai Raport untuk Lolos SNMPTN 2023!
Berapa rata-rata nilai raport untuk lolos SNMPTN 2023? - Pada artikel ini marikuliah.com akan memberikan gambaran mengenai rata-rata nilai raport SNMPTN 2023.
Banyak sekali siswa SMA sederajat yang bertanya-tanya tentang berapa sih rata-rata nilai raport agar lolos di PTn yang dipilih. Mungkin kamu juga termasuk dari bagian orang yang menanyakan hal ini.
Well... Kamu harus terlebih dahulu memahami apa itu SNMPTN? Bagaimana skema penerimaan SNMPTN? Apa saja yang dinilai dalam penerimaan mahasiswa baru lewat jalur SNMPTN? Apa ada kriteria lain selain nilai raport?
Nah ternyata dalam jalur SNMPTN tidak hanya nilai rapot saja yang dijadikan sebagai penilaian untuk menyeleksi mahasiswa baru disebuah PTN.
Berikut ini adalah penjelasan tentang SNMPTN:
Kriteria Penilaian Selain Rata-rata Nilai Raport SNMPTN
Kamu salah besar jika menganggap SNMPTN hanya mempertimbangkan rata-rata nilai raport untuk menyeleksi calon mahasiwa baru.
Ada beberapa parameter lain selain rata-rata nilai raport yang dijadikan bahan pertimbangan untuk meloloskan calon mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri.
Berikut ini adalah paramater apa saja yang digunakan dalam jalur SNMPTN
- Rata-rata nilai raport. Kamu harus memiliki nilai raport yang konsisten naik setiap semesternya.
- Prestasi Ekstrakurikuler. Selain nilai raport SNMPTN juga akan memeriksa prestasi lain diluar rata-rata nilai raport. Hal ini dapat dibuktikan dengan sertifikat juara yang kamu peroleh dari lomba tingkat kabupaten, provinsi, nasional dan juga internasional.
- Persebaran Alumni. Disisi lain persebaran dan prestasi alumni sekolah kamu yang kuliah di suatu PTN akan mempengaruhi peluang kamu untuk lolos di PTN yang sama.
- Prestasi Sekolah. Terakhir peringkat sekolah kamu yang dihitung secara nasional juga sangat mempengaruhi peluang kelulusan kamu di suatu PTN. Misalnya saja kamu memilih suatu jurusan dan bersaing dengan peserta yang memiliki rata-rata nilai raport yang sama dengan kamu tapi ia berasal dari sekolah ternama dan peringkat yang bagus, maka tamatlah mimpimu untuk kuliah di PTN tersebut.
Nah kamu harus mempertimbangkan 3 hal selain rata-rata nilai raport SNMPTN untuk bisa kuliah di PTN Bijaklah dalam memilih jurusan dan perguruan tinggi negeri!
Rata-rata Nilai Raport yang Diterima SNMPTN
Berapa nilai rata-rata raport untuk lolos di UI, UGM, ITB atau kampus ternama lainnya? Mungkin banyak dari pembaca yang masih penasaran dengan pertanyaan ini.
SMPTN sendiri sebenarnya adalah jalur masuk perguruan tinggi yang menggunakan nilai raport sebagai salah satu kriteria penilian dan pada akhirnya banyak orang yang mengira bahwa untuk lolos lewat jalur SNMPN adalah sebuah keberuntungan.
Nah untuk nilai raport yang digunakan untuk SNMPTN sendiri hanya terdiri dari 6 mata pelajaran selama 5 semester (3 mata pelajaran wajib dan 3 mata pelajaran peminatan).
Berikut ini adalah salah satu contoh nilai raport yang keterima di UI jalur SNMPTN:
Nama: M Athallah Arsyaf
Asal: SMAN 87 Jakarta
Jurusan/PTN: Pend. Dokter Gigi/UI
Nilai rerata 17 Mata Pelajaran: 93,6
Nilai rerata Semester 1–5: 91,2
- Biologi : 92 — 92 — 93 — 98 — 98
- Kimia : 92 — 92 —92 — 96 — 96
- Fisika : 85 — 85 — 83 — 83 — 78
- Matw : 87 — 90 — 92 — 94 — 90
- B Ing : 92 — 94 — 96 — 98 — 99
- B Ind : 86 — 89 — 90 — 94 — 90
Nilai Sains Tertinggi : Biologi (94,6) serta Kimia (93,6)
Catatan:
- Trend Nilai Meningkat, Kecuali pada Semester 5 mengalami Penurunan.
- Athallah juga bahwa Nilai Fisikanya memang jelek sekali. "Saya mengetahui hal itu. Kurangnya minat membuat saya tidak begitu mempedulikan-nya. Toh, hal tersebut memang kurang relevan dalam bidang kesehatan.", ujarnya
- Sertifikat Tk. Nasional:
- Juara I Olimpiade Kedokteran Gigi Dasar oleh FKG UI
- Juara II Kampanye Kesehatan Sosial oleh FK UI
- Juara I Presentasi Kasus Kesehatan oleh FKM UI
- Nilai Biologi, Kimia, dan Bahasa Inggris tertinggi di Angkatan.
- Athallah merupakan siswa Berprestasi selama tiga tahun berturut-turut.
- "Selama SMA saya lebih gemar berlomba dan berkompetisi. Saya tidak begitu menyukai cara belajar Sekolah Negeri yang konvensional. Alhasil, saya lebih banyak menghabiskan waktu saya diluar dinding-dinding ruang kelas untuk menuntut ilmu.", ungkap Athallah.